Sabtu, 24 Februari 2018

Registrasi Kartu Prabayar, Pengunjung Membludak di Gerai Grapari

Registrasi Kartu Prabayar, Pengunjung Membludak di Gerai Grapari - Empat hari jelang batas akhir registrasi kartu prabayar, sejumlah gerai operator seluler terus didatangi oleh masyarakat. Salah satunya di gerai Grapari Telkomsel, Rawa Belong, Jakarta Barat.

Image result for Registrasi Kartu Prabayar, Pengunjung Membludak di Gerai Grapari

Dari pantauan Tempo, gerai mulai ramai didatangi oleh sejumlah pelanggan Telkomsel dengan berbagai urusan. Kebanyakan memang mengurus registrasi kartu, kata Sigid, salah seorang petugas, kepada Tempo, Sabtu, 24 Februari 2018.

Sigid mengatakan, dalam dua bulan terakhir, jumlah pengunjung Grapari Telkomsel Rawa Belong yang mengurus registrasi semakin membludak. Kebanyakan mengurus langsung ke Grapari karena kartu mereka telah diblokir. Diblokir maksudnya telah dipakai beberapa kali, sering gonta ganti kartu, ujarnya.

Hingga 21 Februari 2018 kemarin, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat sebanyak 250,89 juta pelanggan layanan seluler telah melakukan registrasi kartu prabayar. Angka ini memang jauh meloncak dari data per 22 Januari 2018 yang baru mencapai 159 juta pelanggan.

Kominfo juga mengingatkan masyarakat untuk mengejar registrasi kartu jelang batas akhir pada 28 Februari 2018 nanti. Jika tidak melewati batas waktu, maka nomor akan diblokir secara bertahap.
Kami berharap pelanggan provider seluler bisa mendaftar sebelum waktu penutupan, kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo, Ahmad Ramli, akhir November 2017 lalu.

Akibat melonjaknya jumlah pendaftar rgistrasi, Sigid mengatakan beberapa server layanan di Grapari pun mengalami down dan tidak bisa digunakan. Kondisi ini terjadi di hampir seluruh gerai GraPari. Sejak kemarin, karena overload, ujarnya. Pihak Grapari pun menyarankan pelanggan untuk melakukan registrasi manual melalui SMS atau mendatangi sejumlah mesin registrasi yang tersedia di beberapa Mall.

Salah seorang pengunjung Grapari Andi, mengaku tidak bisa mengurus pergantian kartu milik istrinya karena sistem Grapari Rawa Belong tengah down. Ia mengaku kartu sang istri rusak dan harus diganti. Kalau registrasi sih sudah, nggak susah kok, ujarnya.


Selasa, 13 Februari 2018

Begini Rasanya Bersama Waitress Hooters Jakarta

Begini Rasanya Bersama Waitress Hooters Jakarta - KETAWA ngakak teman saya begitu tahu saya baru saja mengunjungi Hooters Jakarta. Segera ia menanyakan pengalaman saya di restoran baru berlogo burung hantu di Kemang Square, Jalan Ampera Raya Nomor 5, Jakarta Selatan, itu pada Kamis siang, 6 April 2017.

Image result for Begini Rasanya Bersama Waitress Hooters Jakarta

“Gimana, udah pegang-pegang waitress belum?” katanya sambil terbahak. “Ah, nggak ngajak-ngajak.”

Itu komentar teman setelah saya ke Hooters. Sebelumnya, ada pesan dari teman lain yang mendengar rencana saya ke Hooters. Dia bercerita bahwa di sana pelayannya semua cewek berusia awal 20-an tahun dengan penampilan seksi nan memesona sehingga mengundang syahwat.

Yah, cerita tadi sebenarnya persis yang muncul di media sosial dan obrolan ringan teman-teman pria lainnya. Kalau teman wanita, kebanyakan menunjukkan gesture tak tertarik lantaran Hooters dianggap terlalu mengeksploitasi tubuh perempuan. Namun, ada kesamaan dari semua komentator, yakni mereka belum pernah menjadi tamu Hooters Jakarta.

Begitu saya melewati pintu Hooters yang dijaga dua petugas berbadan kekar, terlihat sebagian para tamu adalah wanita. Ada dua perempuan pelajar sekolah menengah duduk mengitari meja kecil. Juga beberapa ibu bercanda sambil melihat anak mereka yang lari-larian. Tapi sebagian adalah pria dan wanita berpakaian rapi kantoran.

Tak lama setelah saya duduk, empat waitress meminta izin kepada pengunjung di depannya untuk menari. Berbarengan mereka menari sampai lagu tuntas. Rupanya memang ada sesi menari bersama ketika diputar lagu-lagu tertentu. 

“Ada 24 tarian yang mereka harus hafal. Dan mereka memang suka menari,” ujar Sherry Suradji, General Manager Hooters Jakarta, kepada Tempo.

Terdapat 15 layar televisi flat di dinding ruangan restoran Hooters. Semuanya menampilkan program olahraga, dari sepak bola sampai tarung bebas, liga baseball, sampai golf.  Tampak jelas konsep Hooters Jakarta adalah restoran yang mengaet tamu mayoritas pria dan menyebarkan gaya hidup sehat.

Bangunan satu lantai yang tak begitu luas tersebut dilengkapi plakat larangan pengunjung merokok atau vaping. “Di Bangkong ada tempat buat merokok,” kata Sherry.

Sembilan waitress bekerja mengenakan busana ketat. Kaos tanpa lengan warna putih berlogo Hooters dan celana pendek oranye. Tapi, tak bisa dibilang celana super pendek yang membuat pantat bagian bawah terlihat, seperti model celana gemes. Malah ada satu pramusaji yang celananya agak longgar dibandingkan yang lain.

Secara fisik mereka bertubuh seragam: langsing dengan tinggi sekitar 156 centimer usianya awal 20-an tahun. Kuku para Hooters Girls, begitu para waitress disebut, rapi tapi tak panjang serta tanpa pewarna. Mereka juga mengenakan stocking. Mayoritas berambut lurus panjang sepunggung. Hanya satu yang pendek sepundak. 

Menurut Ali, standar busana waitress berbeda di tiap negara. Di Amerika Serikat, negeri asal Hooters, kaos tank topnya memang lebih rendah di bagian depan. Namun, di Bangkok, Thailand, ukurannya ditinggikan meski masih terlihat sedikit payudara bagian atas. “Di sini, ukuran bagian depannya lebih tinggi 3 centimeter daripada Bangkok.”

Gambaran busana ini tak muncul di media sosial yang lebih banyak mengesankan Hooters Girls Indonesia mengumbar lekukan tubuh. “Yang di medsos itu bukan foto di Indonesia. Itu waiters di Bangkok,” kata Sherry, perempuan langsing yang mengenakan blouse hitam tanpa lengan. 

Hooters Indonesia menetapkan standar baku atau standard operating procedure (SOP) bagi pramusaji untuk mengantisipasi tamu yang bisa dikategorikan melakukan pelecehan. Waitress dilarang memegang tubuh tamu meski hanya ingin terlihat akrab. Namun, tamu bisa saja secara natural memegang tangan waitress, misalnya ketika melakukan pemesanan. Toleransi terhadap tamu pada akhirnya disesuaikan dengan kenyamanan dan persepsi waitress.

“Kalau Hooters Girls merasa itu berlebihan dan melecehkan bisa langsung melapor kepada petugas keamanan atau manajer jaga,” kata Sherry. “Kami akan menarik waitress dari situ lalu petugas keamanan mempersilakan tamu itu untuk keluar.”

Masih ada aturan lain. Pramusaji dilarang sembarangan menerima kartu nama tamu kecuali itu ditujukan untuk petugas manajemen yang diserahkan sesegera mungkin. “Ada sanksi untuk mereka jika diam-diam menerima business card dari tamu.”

Sherry menyebut tak banyak kejadian tamu yang dinilai tak sopan kepada Hooters Girls sejak Hooters beroperasi 24 Maret 2017. Dia tak mau menyebutkan berapa kejadian buruk tersebut. Namun, seorang waitress bernama Ratu mengaku dirinya tidak pernah mengalami perlakuan negatif dari tamu. Ratu juga menyatakan tidak tahu siapa rekannya yang pernah mengalaminya.

Itu semua dilakukan demi kredibilitas Hooters. Sejak awal calon Hooters Girls sudah dijelaskan secara detil. Soal tarian bersama di tengah kerja, Sherry menerangkan, ada sejumlah calon waitress yang memutuskan keluar setelah tahu bahwa harus menari di depan para tamu.

Manajemen Hooters mematok kepribadian sebagai syarat penting sebagai Hooters Girls, tentu tanpa menghilangkan sisi fisik yang menarik. Kepribadian yang diharapkan adalah ceria, supel, serta profesional. Pramusaji dituntut berkomunikasi dengan baik untuk menimbulkan rasa nyaman para tamu. Bukan genit.

“Ini minumnya, biar nggak haus,” kata seorang Hooters Girl sambil menyorongkan segelas es teh ke meja saya.

Bahkan, sebelum Hooters dibuka diadakan selametan yang dihadiri warga dan tokoh masyarakat. “Kami kulo nuwun, permisi, mau jualan,” kata Sherry. 

Menilik dari pengunjungnya sejak dibuka, Hooters lebih menyerupai tempat makan keluarga. Lampu terang dan para pramusaji yang lebih terlihat sporty ketimbang sensual menguatkan kesan itu. Menurut Sherry, pada akhir pekan banyak pasangan datang bersama anak-anak mereka. “Bahkan, pada Rabu kemarin ada anak diajak ke mari sampai malam,” tuturnya. 

Pengalaman Tempo tak menguatkan kesan bahwa Hooters “menjual” waitress seksi seperti yang dikabarkan di luaran. Terus, apa yang dijagokan Hooters sebagai pendatang baru?

“Ya, kami jualan makanan,” kata Ali, tangkas. Dia menyebut konsep sporty dan bugar pada Hooters mirip dengan restoran Score! yang pernah dibuka di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan.

Maka sebelum obrolan santai dengan awak Hooters, sejumlah wartawan yang diundang pada Kamis siang itu disuguhi sejumlah menu andalan. Kitchen Manager Rizal Djarot turun tangan menghidangkan sambil menerangkan macam-macam topping dan saus.

Hooters menjagokan masakan chichen wing khas bumbu Amerika, selain burger dan iga panggang. Ayam segar yang dimasak, bukan hasil frozen. Menurut Rizal, pembekuan dalam waktu tertentu bisa memunculkan warna biru pada ayam. Sebenarnya tak ada masalah dengan wrna itu, tapi masyarakat Indonesia tidak menyukai tampilan tersebut. 

Sejatinya, Hooters bukan pionir menu sayap ayam goreng bumbu dan saus khas Amerika. Restoran Wing Stop sudah lebih dulu hadir di Indonesia. Namun, Hooters membuat menu chicken wing menjadi lebih beraneka.

Walau belum genap sebulan beroperasi, Hooters Indonesia memikirkan membuka cabang baru di Jakarta. Sherry mengatakan, wilayah Jakarta atau Jabodetabek yang begitu luas tak mungkin dilayani oleh satu restoran di Kemang. Untuk memudahkan jangkauan pelanggan, Hooters melirik sejumlah lokasi di Jakarta. 

Sherry tak mau banyak bicara tentang rencana bisnis itu, termasuk pembukaan Hooters Malaysia yang masih dalam penjajakan. Yang pasti, tak lama lagi Hooters Jakarta akan menggelar grand launching yang meriah.  April atau Mei? “Tunggu saja, pasti seru,” ujar Sherry.

Namun, Sherry tak mau membuat para wartawan menunggu terlalu lama untuk selfie atau bersama-sama berfoto dengan Hooters Girls bertubuh langsing proporsional berbalut seragam putih-oranye ketat nan sporty.