Sabtu, 16 November 2019

Greenpeace Hentikan Kerja Sama dengan APP dan Sinar Mas

Studi Jones Long LaSalle: Tingkat Tempat tinggal Gedung Perkantoran Turun

, Jakarta - Jones Long LaSalle (JLL) Indonesia, satu perusahaan konsultan yang beroperasi di sektor property meluncurkan hasil studinya tentang tingkat tempat tinggal gedung perkantoran di lokasi Jakarta. Kepala Riset JLL Indonesia James Taylor menjelaskan dalam hasil analisa temukan jika pada kuartal ke-2 2018 berlangsung penurunan tingkat okupansi gedung perkantoran.

BACA: Penjualan Kondominium di Jabodetabek Turun di Kuartal II

“Tingkat okupansi memang terus alami penurunan bersamaan dengan adanya banyak jumlahnya suplai baru yang terus banyak yang datang,” kata James dalam presentasinya di Kantor JJL, Gedung Bursa Dampak, Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu, 18 Juli 2018.

James memberikan contoh salah satunya tempat tinggal yang turun berlangsung pada tempat tinggal gedung perkantorang yang berada di kawan pusat Jakarta atau Central Business District (CBD). Di lokasi ini tingkat tempat tinggal tertera turun tipis jadi 77 % dibanding pada kuartal pertama 2018 yang sampai 78 %.

James meneruskan, walau tingkat tempat tinggal condong turun, tingkat keinginan untuk ruangan perkantoran masih memberikan trend yang positif. Berdasarkan catatan JLL, beberapa bidang yang memberi tingkat keinginan itu ialah tehnologi, co working ruang, serta professional services.

“Perusahaan tehnologi seperti financial technology, online market place serta co working ruang kelihatan benar-benar aktif untuk isi gedung-gedung,” katanya.

Penurunan yang condong tipis itu sebab beberapa pemilik gedung masih dipandang luwes dalam soal harga sewa. Hingga ini menggerakkan harga sewa jadi condong bersaing buat perusahaan.

BACA: 12 Daerah Perkantoran Termahal Dunia

Diluar itu, James mengatakan pada kuartal ke-2 2018 upgrade (penambahan type) gedung masih jadi topik besar dibanding membuat gedung baru. Berdasar studi JLL, hampir 1/2 dari beberapa pemilik gedung tingkatkan type gedung mereka dari B jadi A. Salah satunya contoh untuk masalah ini ialah Gedung SCBD Revenue Tower (7000 mtr. persegi) , Sudirman Sinarmas MSIG (4000 mtr. persegi) serta Kuningan Gama Tower (1400 mtr. persegi).

Sedang penambahan gedung baru di lokasi CBD cuma ada dua dengan type premium yang usai dibuat pada triwulan ke-2 yakni Menara Astra serta WTC III yang ada di Jalan Sudirman. Semasing gedung berperan pada penambahan suplai kantor di lokasi CBD sebesar 72 ribu mtr. persegi serta 69 ribu mtr. persegi.

Diperkirakan pada 2018 ini, menambahkan gedung baru di lokasi CBD sampai 540 ribu mtr. persegi. Sedang dengan year to date, bertambahnya gedung sampai ini hari baru sampai 330 ribu mtr. persegi.

Sebaliknya, James menjelaskan untuk tingkat resapan gedung di lokasi non CBD jutru alami penambahan jadi 18 ribu mtr. persegi dari mulanya 12 ribu mtr. persegi. Jumlahnya ini disumbang melalui pembangunan satu gedung baru di Jakarta Utara seluas kira-kira 32 ribu mtr. persegi. “Pembangunan ini mengakibatkan tingkat tempat tinggal rata-rata masih ada di 76 %, papar James.

James berujar bila dirinci, tingkat tempat tinggal semasing gedung berlainan dari setiap type. Untuk premium sebesar 72 %, gedung type A sebesar 66 %, serta gedung type B sebesar 86 % serta tertinggi ada untuk gedung type C sebesar 92 %. Selain itu, sepanjang triwulan ke-2 ruangan perkantoran sudah terserap 77.000 mtr. persegi untuk semua grade atau bertambah hampir 50 % periode yang sama awalnya.

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar